Saturday, August 13, 2005
Meditasi Langit Biru
Apapun yang sifatnya datang dan pergi ketika meditasi (entah itu keinginan, rasa bersalah, dll) hanyalah awan-awan gelap yang mengenal hukum datang dan pergi. Ada putaran ketidakabadian di sana. Berbeda dari awan, langit biru, ya, langit biru. Ada atau tidak ada awan, langit biru tetap disana. Ada atau tidak ada matahari, langit biru tetap langit biru. Entah siang atau malam, kelihatan atau tidak kelihatan, langit biru tetap disana. Ada keabadian disana.
Demikian juga dalam keseharian, ketika hidup ini dipermainkan oleh keinginan, kekhawatiran, dan ketakutan. Duduklah di kursi kakek yang penuh pengertian, lihat sang cucu (baca: keinginan dan ketakutan, suka dan duka, kematian dan kehidupan) berlari kesana kemari. Tapi tidak akan kemana-mana larinya. Seperti awan gelap yang hanya berputar-putar berganti bentuk. Siapa saja yang melatih diri melihat ini dalam setiap pengalaman keseharian, pada suatu waktu akan sampai dalam kesadaran bahwa dirinya bukan awan, melailnkan langit biru.
Another-Backspace @ 12:13
Comments (0):
<< Home